seni hadrah al-banjari pada masakini tidaklah asing bagi para pemuda islam, khususnya di jawa timur, bahkan tiap se-minggu sekali acara festival rebana shalawat al-banjari diadakan di tempat-tempat yang berbeda di jawa timur, maka bermunculan lah grub-grub rebana/hadrah shalawat al-banjari yang jika di kalkulasi banyaknya mencapai 150 an grub shalawat di jawa timur, inilah kebangkitan kesadaran para pemuda nahdliyyin untuk bershalawat kepada nabi muhammad SAW.
dan yang paling masyhur sekarang adalah ahbabul mushtofa grub dari al-habib syech bin abdul qodir assegaf. maka dengan ini saya membahas bagaimana sih sejarah dari hadrah al-banjari ini,sehingga masyhur dan tetap dilestarikan sampai sekarang.
1. Hadrah merupakan bentuk manifestasi kecintaan manusia kepada Allah dan Rasulullah saw lewat seni.
Hadrah awal mula diperkenalkan oleh seorang Sufi besar, Jalaluddin Rumi. Rumi adalah Rum atau Romawi, tepatnya di Konya Turki, tempat beliau mengajar santrinya sehari-hari. Dan di kota itu pulalah beliau bertemu dengan guru Sufi beliau Syamsi Tabriz.
Di Indonesia, hadrah tersebar luas di pelosok negri. Dan masing-masing tempat memiliki corak dan kekhasannya sendiri. Ada Hadrah Madura, Hadrah al-Banjari, Hadrah Basaudan, Hadrah Langitan, Hadrah Ishari, dll.
Hadrah al-Banjari merupakan kesenian khas islami yang berasal dari daerah Kalimantan. Irama nadanya yang unik dan eksotik membuat kesenian ini sangat diminati oleh masyarakat Indonesia hingga sekarang, baik dari kalangan anak muda maupun orang tua, kalangan santri sampai para musisi, bahkan sampai ke kalangan eksekutif muda, Kesenian Rebana/Hadrah Al-Banjari masih mempunyai keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Wali songo di Pulau Jawa, Tidak bisa dipungkiri di dalam sejarah bahwa dengan kesenian-lah Wali Songo mampu mengIslamkan hampir seluruh penduduk Pulau Jawa. Jadi tidak heran jika para habaib jaman sekarang membudayakan kesenian rebana dalam mengiringi dakwahnya, dan hasilnya ?? puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang berduyun-duyun datang ke majelisnya.
Keunikan Rebana Al-Banjari yaitu pada saat memainkannya, dimana setiap pukulan pemain yang satu berbeda dengan pukulan pemain yang lain namun serasi & saling melengkapi, sehingga menghasilkn kesatuan musik yang padu .
Semuanya itu merupakan pujian kepada Sang Pencipta dan bershalawat pada junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad saw.
2. Seni terbang Al-Banjari adalah sebuah kesenian khas islami yang berasal dari Kalimantan. Iramanya yang menghentak, rancak dan variatif membuat kesenian ini masih banyak digandrungi oleh pemuda-pemudi hingga sekarang. Seni jenis ini bisa disebut pula aset atau ekskul terbaik di pondok-pondok pesantren Salafiyah. Sampai detik ini seni hadrah yang berasal dari kota Banjar ini bisa dibilang paling konsisten dan paling banyak diminati oleh kalangan santri, bahkan saat ini di beberapa kampus mulai ikut menyemarakkan jenis musik ini.
Hadrah Al-Banjari masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga, Jawa. Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar dalam acara-acara seperti maulid nabi, isra’ mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan. Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik yang dimainkan. Demikian pula musik gambus, kasidah dan hadroh adalah termasuk jenis kesenian yang sering menggunakan rebana.
Keunikan musik rebana termasuk banjari adalah hanya terdapat satu alat musik yaitu rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tangan pemain tanpa menggunakan alat pemukul. Musik ini dapat dimainkan oleh siapapun untuk mengiringi nyanyian dzikir atau sholawat yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya. Umumnya menggunakan bahasa Arab, tapi belakangan banyak yang mengadopsi bahasa lokal untuk kresenian ini.
Jadi, sebagai generasi penerus kita harusnya berbangga hati karena dapat menjaga apa yang telah di ajarkan oleh nabi sebelumnya. Akhirnya, mari kita bersama melestarikan kesenian islami ini. Toh nabi juga tidak pernah melarang ‘seni’. Kita jadikan rebana ini sebagai wahana untuk menggapai cinta-Nya serta meraih syafaatnya sehingga kelak menjadi ummat yang selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar